Matahari Pagi

“Jika aku menjadi orang itu, akan aku potret seekor kepiting yang sedang berdiri tegap di batu karang terdepan itu”

Seutas kaimat yang ku ucapkan ketika melihat seekor kepiting berdiri tgap sendiri di batu karang yang berhadapan langsung dengan riak laut yang orang sebut ombak
Sang kepiting ikut menghiasi pagi indah kami
Benar apa kata bidadari kecilku
Matahari yang kami lihat di pantai itu, berbeda dengan matahari yang biasanya bersinar dan menyakiti wajah
Bahkan, kami melihat di tempat yang sama, namun matahari yang baru muncul itu terasa sangat lain dibandingkan dengan matahari yang terbenam

Jauh ku menatap batas antara laut dengan langit, jauh juga aku berpikir bahwa perjalanan kami masih panjang walau tak sepanjang batas antara laut dan langit
Aku tahu bahwa ku tak tahan oleh air mata, namun terkadang walau ku tak menginginkannya, ku rasa air mata adalah satu benda suci yang manusia butuh kehadirannya
Air mata keluar ketika bahagia atau berduka
Mengapa air mata dibutuhkan kehadirannya oleh manusia? Karena manusia seorang manusia bisa belajar dari mana saja, termasuk dari sumber air mata

Air mata duka, akan mampu menguatkan jika manusia mampu memahami alasan dan tujuan air mata itu keluar
Sedangkan air mata bahagia, akan menjernihkan pikiran dan mengalirinya dengan perlahan hingga tiada lagi kekeringan hati akibat dahaga asa yang berkepanjangan

Bersitan-bersitan pikiran itu terlintas bersamaan dengan suara mesin perahu bermotor yang melintas tepat di depan peraduan kami berdua
Membelah tumpukan arus laut, berlayar searah dengan batas dunia
Yang dilatarbelakangi oleh langit jingga, sungguh sangatlah mempesona
Apalagi jika ku ingat bahwa ini masih di kota jakartaku tercinta

Hewan-hewan hitam kecil, beramai-ramai keluar
Kerabat, teman, rekan, dan sanak saudaranya diajak untuk ikut melihat kemunculan matahari pagi
Di kanan kiriku, hembusan angin bergerak begitu lembut dan sangat tertata rapih seperti lapisan-lapisan kue yang disusun apik oleh sang maestro

Ku dekap erat tubuhnya, ku bisikkan terus menerus kasih sayangku kepadanya
Ku puja aromanya, ku sembunyikan kekagumanku akan kejelitaannya
Ia berikanku senyuman yang membawaku ke ambang batas kesenangan
Ia berikanku kecupan dan pelukan yang menyeretku pada ladang cinta yang dipenuhi bunga berserbuk harum nan memabukkan

Ia, matahari pagiku
Beradu indah dengan matahari pagi ciptaan Tuhan
Ku tak bisa memilih mana yang lebih indah, karena tanpa satu saja dari mereka
Tulang-tulang yang bertumpuk simetris di tubuh ini akan rapuh dan melunak, dan kemudian takkan mampu menopang kehidupanku

Inspirasi yang datang kembali bersamaan dengan keunikan-keunikan yang berada di pantai yang menjadi tempat pergudangan, perkapalan, dan pasar ikan ini
Membuatku bersyukur akan kebaikan Tuhan yang memberikan kami keindahan di pagi hari
Seperti bangunan penggenggam atap langit yang menjulang tinggi, sangat kokoh
Dengan ornamen-ornamen indah dan luar biasa cantik di dalam dan luarnya
Tentu saja semuanya dibuat oleh manusia
yang menggambarkan perjalanan cinta dari sepasang kekasih yang membangun angannya setinggi awan, lalu mengikatnya agar dapat digapai hanya dengan mendaki bersama

Langit hitam memudar, mengalah, mungkin karena ia telah lelah
Lalu berganti dengan langit biru, yang masih labil, mungkin karena ia masih muda
“Ah, sudahlah.”. Sang jingga menyelak antrian warna langit
Sang jingga mendominasi langit, ia pun sedikit memberikan ruang pada si biru dan si awan
Mereka sedang menyambut matahari pagi dengan penuh kesiapan, namun sangat disayangkan sepasukan awan yang bertengger di batas dunia tidak mau bergerak sedikitpun hingga tak bisa kami lihat matahari yang seperti muncul dari dalam laut lalu bergerak menuju langit

Ku lupakan semua beban yang akan datang atau yang telah hinggap di pundakku
Ku genggam tangan lembutnya, ku kecup sedikit untuk merasakan cinta yang selalu ia berikan kepadaku melalui tangan itu
Sambil menggerutu kepada matahari pagi yang sedang sibuk mengurusi kebangkitannya dari tidur pulas

“Hei, berjanjilah kepadaku. Teruslah kau temani aku. Awasi kami dari atas langit, bolehlah kau gantikan keberadaanmu dengan bulan atau bintang ketika kau lelah. Sebagai pertanda bahwa, kehendak Sang Pencipta kita telah diberikan kepada aku dan dia untuk terus bersama, seperti mauku dan inginku.”.

Karena kau telah memberikanku (lagi) bukti atas keberadaan keindahan
Terimakasih, matahari pagiku