Dadaku tak pernah terasa sesesak ini
Kesedihan menderu dan menerjang masuk, memenuhi paru-paru
Aku tak bisa bernafas, aku tak mampu melihat
Cahaya menghilang, tersamarkan oleh air mata
Awan malam mengirimkan air hujan yang tak terasa dingin
Aku berdiri namun goyah, ternyata bukan karena angin
Dunia berguncang, Aku merangkak mencari pegangan
Masih jelas tergambar, tatapanmu yang penuh kelembutan
Aku menengadah ke langit, tempat Ku salin semua kenangan
Ku jatuhkan kepedihanku ke bumi, agar tak ada yang melihat
Ku siapkan sebuah kotak untuk menyimpan rasa sesal
Ku berdoa untuk kebaikan-kebaikan yang ada di depan
Aku telah membuat keputusan tersulit yang selama ini pernah Ku alami
Terberat dan terbesar, seperti menahan meteor jatuh
Aku berusaha untuk tidak menyesal
Aku berupaya untuk tetap tegar
Kamu bukan semuanya, tapi Kamu adalah separuh hidupku
yang sayangnya telah Ku sakiti dan tinggalkan
Rasa perih yang lebih perih dari yang pernah terbayangkan
dari sebuah pengorbanan yang sedang Ku lakukan
Kini Aku melangkah di atas seutas tali dengan satu kaki
Menjaga keseimbangan dengan satu tangan
Mengatur nafas dengan satu paru-paru
Melihat dengan satu mata, mendengar dengan satu telinga
Asteroid melayang dan telah lari dari bintangnya
Paus biru mendamparkan diri ke tanah dari lautnya
Ku khianati janjiku, Ku dustakan seluruh perkataanku
Demi kebaikan? Ya benar, dan ombak menyebut itu omong kosong? Silakan
Aku sungguh menyayangimu dan sangat mencintaimu
Karena itu setiap langkah yang Ku habiskan untuk menjauh darimu
terasa sangatlah menyakitkan, benar-benar menyakitkan
Seperti menguliti kulit kepalaku sendiri
Impian dan cita-cita yang dulu ada berputar di sekeliling kepalaku
Seperti ribuan ikan yang bergerak cepat di laut
Memantulkan cahaya silau dan mengacaukan arus
Aku terjatuh tak berdaya dalam naas dan derita yang Ku buat sendiri
Aku bernyanyi dalam isak (tangis) tawa
Aku tersenyum karena hanyut dalam gelombang kenangan
Sepi ini mulai merayap, merasuki setiap pori-pori kulit
Aku mabuk, apakah kehampaan dapat menghisap darahku dan melumat dagingku?
Sebuah lukisan selalu dimulai dari sebuah titik dan garis
Semua hal yang dibangun, disusun, dan dijaga
telah membentuk gambaran visi dan impian yang besar
Persis seperti mozaik
Namun sekarang mozaik itu telah Ku tanggalkan
dan Ku simpan di tempat yang aman
Keindahannya tak lagi untuk terus Ku pandang
Keberadaannya tak lagi untuk terus Ku nikmati
Meski begitu Kamu adalah mozaik indah yang akan selalu Ku ingat
Seluruh pengalaman berharga bersamamu akan selalu Ku jadikan pegangan
Semua kenangan yang pernah ada akan selalu menjadi pengisi kesepianku
Entah apakah Aku sanggup menjalani hari esok yang penuh kekosongan
Aku berdoa semoga Kamu baik-baik saja sekarang dan nantinya
Kemanapun Kamu berpetualang, kapanpun Kamu tertawa
Aku berdoa semoga cahaya selalu menyinari pandanganmu
dan angin selalu menyejukkan setiap langkahmu
Aku berdoa semoga ada seseorang yang akan menemani sedihmu
Ada seseorang yang akan mencegah kecerobohanmu
Ada seseorang yang mampu meredam emosimu
Dan selalu mengerti cara untuk mengarahkan kebaikan untukmu
Aku berdoa semoga seseorang tersebut dapat memperlakukanmu dengan baik
menjadikan dirimu sebagai wanita yang baik dan terhormat
yang juga dapat menemani petualangan-petualangan indahmu kelak
dan mampu menjadi penolong di kala Kamu merasa kesusahan
Jika nanti arus takdir membawaku kembali lagi padamu
Semoga Aku sudah menjadi sesosok pria yang tepat untukmu
Untuk itu, baik untukmu, untukku, atau untuk siapapun
Aku akan memperbaiki setiap kekurangan yang Ku miliki
Ku berdoa semoga akan ada mozaik-mozaik baru berkat ceriamu
Semoga Kamu menemukan kebahagiaan yang hakiki
di tempat yang dulu tak dapat Kamu jangkau selama bersamaku
Kamu pasti mampu melebarkan layar untuk terus maju mengarungi luasnya kehidupan
Terimakasih untuk setiap tetes kebahagiaan yang telah Kita jalani bersama
Berat rasanya untuk melangkah maju dalam keadaan terpisah
Aku pastikan tubuh ini tidak akan hancur untuk menatap ke depan
Teruslah berkembang, Aku akan menyaksikan semua keberhasilanmu dari sini